Pendidikan Kewarganegaraan Materi dan Tugas Kuliah Teknik Pertanian Unila
Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata kuliah
yang didapat pada semester genap, Ini adalah mata kuliah wajib yang harus
diambil sebagai mahasiswa teknik pertanian unila.
Mata kuliah ini mempelajari ilmu Pendidikan
Kewarganegaraan secara umum.
Blog ini hanya tempat untuk berbagi jika terdapat informasi yang belum diperbarui atau terdapat kekurangan mohon berikan masukan dan saran, silahkan kirimkan pesan anda ke tepunila19@gmail.com atau tulis komentar dibawah. Terima Kasih.
UNTUK MENDOWNLOAD TUGAS DAN MATERI LINK ADA DIBAWAH
Sedikit Ulasan tentang materi Pendidikan
Kewarganegaraan dibawah ini,
Geo itu bahasa Inggris, arti Indonesianya adalah bumi, tanah, dan seterusnya. Ia adalah salah satu unsur kehidupan selain air, api dan angin serta merupakan asal-usul manusia (Adam) dulu. Dimanapun geo, seharusnya tak hanya mengantar manusia atau bangsa pada gerbang kemerdekaan tetapi lebih jauh lagi yakni membentuk bangsa dan negara yang hidup di atasnya bermartabat di dunia.
Seperti dikatakan oleh Bung Karno, “Dulu Jepang ngebom Pearl Harbour itu tujuannya adalah Tarakan untuk menguasai sumber-sumber minyak, jadi sejak lama Indonesia akan jadi pertaruhan untuk penguasaan di wilayah Asia Pasifik, kemerdekaan Indonesia bukan saja soal kemerdekaan politik, tapi soal bagaimana menjadikan manusia di dalamnya hidup terhormat dan terjamin kesejahteraannya” (1956). Dengan demikian, geopolitik merupakan ilmu tua yang mampu mengintegrasikan semua hakikat keilmuan, karena di atas geo itulah seluruh permasalahan manusia diselesaikan. Manakala abai terhadap geopolitik, hal itu merupakan titik awal dan sumber bencana bagi ilmu-ilmu (politik) yang ada.
Memahami dan implementasi geopolitik itu sederhana saja, menurut Panglima Besar Soedirman: “pertahankan rumah serta pekarangan kita sekalian” (1947); atau Bung Karno menyebut “ketahanan nasional dapat maksimal jika berdasarkan geopolitik” (1965); Pak Harto dulu sering menyatakan: “.. kesatuan daratan, kesatuan lautan dan kesatuan udara ini dipandang sebagai satu keseluruhan yang bulat. Itulah wawasan nusantara" (1967); dan menurut Dirgo D. Purbo, dosen pasca sarjana Kajian Ketahanan Nasional Universitas Indonesia sekaligus pakar perminyakan Indonesia menyebut bahwa wawasan nusantara merupakan agenda kepentingan nasional Republik Indonesia (2003).
Geopolitik meniscayakan orang belajar tentang realitas dan hakikat materi serta non materi atau spirit. Oleh sebab perjalanan sebuah bangsa tak lepas dari kedua dinamika dan dialektika alam tersebut (materi dan non materi), sementara ilmu dan filsafat membentang dalam spektrum di atas permukaan. Dengan demikian geopolitik sebagai ilmu dan kenyataan hidup, umurnya sudah setua bumi bahkan seuzur kehidupan manusia itu sendiri.
Di era modern, geopolitik suatu bangsa sering terdangkalkan bahkan ada yang dinihilkan dengan doktrin-doktrin global seperti kebebasan, demokrasi, profesionalisme, globalisasi, HAM dan lainnya. Ia dituduh sebagai aliran pemikiran bidang pertahanan, dianggap hanya sekedar domain militer saja. Inti tujuannya mungkin agar tercitra bahwa geopolitik kini sudah tidak relevan lagi di era globalisasi, terutama bagi fungsi atau institusi non militer.
Teori Machinder, Guilford dan lainnya tentang geopolitik sebenarnya hanya “meramu” atau mempeta kawasan berdasar kekayaan minyak, oleh karena dari aspek histori ilmu, geopolitik adalah realitas politik semenjak Adam turun ke bumi. Perselisihan antara Habil dan Qabil pada awal kehidupan tempo doeloe merupakan contoh realitas politik yang tak boleh dipungkiri siapapun. Bahkan segala bentuk peperangan di era Fir’aun, atau sejak zaman Babylonia, Romawi, Perang Dunia, atau konflik-konflik di berbagai negara baik yang vertikal maupun bersifat horizontal serta modus dan methode kolonialisme ataupun imperialisme gaya baru di masa kini, disebabkan karena kepentingan geopolitik. Contoh aktual ialah Syria. Negeri ini meski tak kaya minyak seperti Lybia, Irak, atau Arab Saudi namun diperebutkan berbagai adidaya dunia semata-mata karena geopolitic pipeline serta geostrategic possition.
Geopolitik Indonesia
Indonesia memiliki geopolitik yang strategis dalam interaksi global, selain posisinya di antara dua samudera dan dua benua yang merupakan peluang betapa besar peran yang bisa dimainkan di panggung internasional, juga memiliki kekayaan alam (SDA) beraneka lagi melimpah ruah. Tetapi bangsa ini tidak mampu “mengelola” secara tepat dan baik letak ke-”strategis”-an posisi dan kekayaan SDA yang dimiliki. Mungkin hanya di era BK, Indonesia mampu mengelola geopolitiknya.
Makanya ia menggempur Belanda di Irian Barat dan “mempermainkan” Amerika Serikat. BK memahami jika Irian Barat lepas maka Biak akan dijadikan pangkalan militer terbesar di Asia Pasifik, dan nisaya bakal mengancam kedaulatan Indonesia yang baru tumbuh. Kemenangan atas Irian Barat merupakan kemenangan atas kedaulatan modal terbesar Indonesia. Di wilayah barat memiliki lumbung minyak Sumatera, Jawa dan Kalimantan, sementara di Irian Barat ada gas dan emas. Indonesia bersiap menjadi negara paling kuat di Asia.
Sumatera adalah salah satu bukti nyata. Pulau di sebelah barat Indonesia ini tak sekadar cerita tentang pulau emas, eksotisme alam liar nan indah atau kemashyuran Sriwijaya. Secara geopolitik Sumatera ini sejatinya sangat strategis, namun celakanya banyak orang Indonesia sendiri yang tidak menyadarinya. Sumetara adalah tempat pertama sekaligus terakhir di Asia Tenggara yang ditemukan dunia perjalanan internasional (Baca Sumetara Tempo Doeloe, dari Marcopoli sampai Tan Malaka, Anthony Reid, ed).
Sebagai semacam barikade yang dihadapkan pada titik-titik masuk maritim ke Asia bagian timur, Sumatera adalah tempat pendaratan pertama di bidang pelayaran. Emas dari rangkaian pegunungannnya, lalu kapur barus dari hutan-hutannnya, menarik para pedagang dari seluruh dunia menuju magnet Suvarna dvipa-Tanah Emas. Bukan itu saja. Beberapa jejak peninggalan tertua dari pengaruh India, Arab, dan Cina di Asia Tenggara dapat ditemukan di Sumatera. Luar biasa!
Deli, di Sumatera Timur, sekadar ilustrasi yang lain lagi. Jika kita menelisik ke 1919, Tan Malaka dalam autobiografinya Dari Penjara ke Penjara, sudah melukiskan Deli sebagai tanah emas, surga buat kaum kapitalis. Di perbatasan Deli dengan Aceh, terdapat minyak tanah yang berpusat di Pangkalan Brandan, Pangkalan Susu, dan Perlak.
Bahkan, di perbatasan Deli dengan Aceh terdapat besi. Seperti di Singkep, Bangka dan Belitung, di Jambi sendiri terdapat timah. Bauksit di Riau dan Alumunium terdapat di Asahan, Deli. Bahkan jika dihubungkan dengan arang di Sawahlunto dan airmancur Sungai Asahan, yang punya kodrat nomor 2 atau nomor 3 di dunia, maka bumi dan air Deli sekitarnya dapat mengadakan perindustrian berat apapun juga. Apalagi kalau nanti dapat diperhubungkan lagi dengan logam besi, timah, dan lain lain dari tanah.
Kalau kita mempelajari dan menyerap apa yang menjadi ketahanan budaya dan ketahanan nasional negara-negara lain, Iran bisa kita jadikan contoh nyata yang paling aktual. Betapa kesadaran dan wawasan geopolitik dan geostrategi para elit pemerintahan di Iran, merupakan salah satu faktor kebangkitan Iran sebagai kekuatan yang patut diperhitungkan oleh negara-negara adidaya seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, Rusia dan Cina.
Dengan segala kelebihan serta keterbatasannya mampu memaksimalkan peran geopolitik dalam perpolitikan global. Setidak-tidaknya ancaman penutupan Selat Hormuz oleh Ahmadinejad dalam psy war kemarin telah membuat “kekhawatiran” para adidaya dunia, terutama bagi jajaran negara yang sangat tergantung dari dinamika selat tersebut. Ini cuma sekilas contoh, betapa dahsyat pemanfaatan geopolitik suatu bangsa bila dikelola secara baik, bahkan dapat dijadikan geopolitic weapon.
Sebagaimana diurai di atas, ilmu dan wawasan geopolitik di republik tercinta ini terdangkalkan bahkan terabaikan, sehingga bangsa ini tak mampu mensyukuri, menikmati dan mengelola karunia Tuhan Yang Maha Esa sehingga rakyat sebagai pemilik kedaulatan justru termarginal dalam kelimpahan rahmat-Nya.
Tatkala abai terhadap geopolitik, para elit pun seperti kehabisan waktu dan energi berdebat kesana-kemari dalam derivatif berbagai paradigma serta teori sosial politik yang sebenarnya telah dihegemoni oleh kepentingan asing. Terjebak gegap diskusi pada tataran permukaan malah melupakan hal-hal yang tersirat, apalagi membahas yang di bawah permukaan. Nonsense. Bahwa debatisasi berbagai elemen bangsa kini diduga kuat telah dirajut oleh asing dan kaum komprador menjadi “industri demokrasi” dengan berbagai manufaktur dan fabrikasi, seperti perbedaan pendapat, demonstrasi, ego sektoral, konflik, parlemen jalanan dan lainnya.
Maka inilah kemenangan wilayah simbol-simbol (kulit) namun tersungkur di ruang hakiki (substansi). Lembaga pendidikan dan pusat kajian dipompa hanya sekedar mengejar gelar serta status sosial dengan paradigma dan teori yang telah dikendalikan, berputar-putar dalam isue serta terminologi “rekayasa” (demokrasi, HAM, lingkungan dll) yang berpihak kepada kepentingan luar tetapi nihil terhadap historisme yang mutlak harus dipikul dan menjadi tanggung jawab sejarah, sosial dan realitas politik terutama bagi kepentingan nasional saat ini.
Dangkalnya Kesadaran dan Wawasan Geopolitik, Mudah Masuk Perangkap Skema Kepentingan Strategis Asing.
Sebagai contoh sederhana ialah maraknya berbagai konflik di tanah air sesungguhnya tak boleh dilepas dari hipotesa sebagai “hajatan asing” dalam rangka protection oil flow atau blockade somebody else oil flow. Pola yang lazim digunakan oleh kolonialisme ialah menghadirkan pasukan multinasional melalui resolusi PBB dengan alasan HAM dan kemanusiaan, lalu dikeroyok ala NATO seperti Libya atau berujung referendum sebagaimana terjadi di Sudan, Timor Timur dan lainnya. Itulah potensi yang bakal terjadi di republik ini, sementara para elit bangsa “sibuk” dengan dinamika di permukaan namun melupakan what lies beneath the surface (apa yang terkandung di bawah permukaan). Sekali lagi, lupa geopolitik ialah awal bercokolnya “permainan asing” dan menjadi penyebab kehancuran sebuah bangsa.
Bangkitlah bangsaku!
Geopolitik Indonesia
dan Pengaruhnya bagi Keamanan Nasional
Pengantar
Istilah Geopolitik pertama kali digunakan oleh
Rudolf Kjellen, seorang ahli politik dari swedia,
untuk menunjukkan cabang ilmu dari Geografi Politik, ia merujuk hubungan antara
politik dan teritori
dalam skala lokal atau internasional. Studi Geopolitik sendiri menjelaskan
tentang arti strategis dan politis suatu wilayah geografis atau teritorial yang
dalam hal ini adalah sebuah negara, mencakup Positioning dan keruangan
(atau luas).
Spektrum Keamanan Nasional
Setidaknya ada dua tujuan utama didirikannya
sebuah bangsa, dan itu menjadi cita-cita nasional, yaitu terwujudnya keamanan
dan kenyamanan bagi warga negara, seperti juga Negara Indonesia, dirumuskan
dalam Pembukaan UUD 1945 “untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum”
Perdamaian Nasional adalah bentuk nyata dari
terwujudnya Keamanan Nasional (KAMNAS). Perdamaian ini, menurut Daoed Joesoef, Alumnus
Université Pluridisciplinaires Panthéon-Sorbonne, Paris, akan terwujud
apabila kelompok-kelompok—daerah, suku, komunitas religius dan adat—merasa puas
karena telah berkesempatan menghayati nilai-nilai, atau setelah ada kepastian
bahwa penghayatan tersebut akan terlaksana.
Hanya saja kepuasan tersebut harus diiringi
dengan kepastian akan hadirnya eksistensi Negara-Bangsa Indonesia, yaitu
perpaduan antara survive dan power, yang akan memastikan
eksistensi Negara-Bangsa Indonesia tetap akan terwujud. Survive dan Power
bisa terwujud dengan pemahaman yang utuh dan integral tentang Geopolitik, baik
positioning maupun ruang. Kesadaran tentang kondisi keberadaan Indonesia di
bumi.
Keamanan Nasional sebuah Negara-Bangsa sebelum
era Perang Dingin berakhir dominan bercorak militer dan unjuk kekuatan, karena
memang bertujuan untuk melindungi wilayah dan mempertahankan kedaulatan sebuah
negara dari ancaman yang berasal dari Luar Negeri. Maka untuk itu terjadi
penguatan besar-besaran pada Sumber Daya dan Infrastruktur Militer.
Hanya saja dewasa ini Keamanan Nasional
mengalami perluasan spekrum, keamanan nasional yang dalam hal ini adalah
keamanan dalam negeri yang bisa ditimbulkan oleh bencana alam, kemiskinan,
kerusuhan sosial, konflik golongan (etnis, agama, geografi), kriminalitas, dan
gerakan separatis (OPM, dsb). Untuk itu, diskursus atau diskusi-diskusi seperti
seminar, FGD, dsb dikalangan akademisi atau praktisi dirasa perlu untuk
dilakukan dalam menyambut perkembangan spectrum keamanan nasional
Perkembangan nasional yang sekarang tidak lagi
hanya berbicara tentang ancaman dari luar tapi justru berasal dari “masalah”
dalam negeri perlu diambil sebuah nilai penting, yaitu kemampuan memaknainya
dengan cara pandang baru. Karena keamanan tidak hanya melindungi batas
teritorial dan kedaulatan negara dengan kekuatan militer, tetapi juga bagaimana
memenuhi serta meleindungi keamanan warga negara Indonesia
Geopolitik dan Keamanan Nasional
Seperti yang telah disebutkan tadi bahwa
perdamaian nasional, yang merupakan wujud atau bentuk dari keamanan nasional,
adalah wujud dari kepuasan dalam menghayati nilai-nilai. Hanya saja memang
perdamaian ini harus tetap diiringi dengan kepastian akan tetap eksisnya
Indonesia sebagai sebuah Negara-Bangsa. Eksistensi Indonesia sebagai sebuah
negara bangsa akan bisa tercapai dengan melakukan dua sisi kebijakan sekaligus,
survive dan power. Dua kebijakan ini akan dapat dicapai dengan
pemahaman yang utuh tentang Geopolitik Indonesia
Dari pemaknaan yang mendalam tentang
perkembangan keamanan nasional, kita juga bisa mengerti bahwa spekrum dari
keamanan nasional mengalami perluasan, tidak lagi hanya didominasi oleh ancaman
dari luar yang memaksa Negara untuk memperkuat militer. Keamanan Nasional
(KAMNAS) sangat bisa dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam negeri, seperti
kemiskinan, kerusuhan sosial, konflik antar golongan, konflik politik,
terorisme, serta juga kelompok separatis bersenjata.
Kita memahami Geopolitik sebagai sebuah positioning
dan ruang. Positioning adalah kesadaran tentang lokasi indonesia yang
berada pada posisi yang sangat strategis, berada di antara dua benua dan dua
samudra. Dengan ini Indonesia memandang dunia internasional dan mengondisikan
relasi-relasinya dalam dunia internasional itu. Misalnya saja lokasi Indonesia
yang berdekatan dengan Laut Cina Selatan, lokasi laut yang sangat strategis
serta diperebutkan beberapa Negara.
Dari lokasi teritorial indonesia yang strategis
ini pastinya akan berpengaruh terhadap kemanan nasional. Bagaimana misalnya
potensi-potensi kekacauan itu bisa saja terjadi di daerah perbatasan dengan
segala kriterianya. Lokasi Indonesia yang berada pada posisi yang stratergis
memungkinkan munculnya potensi gangguan keamanan yang disebabkan oleh interaksi
dengan lingkungan stratejik internasional, khususnya yang berada pada
lingkungan sekitar. Misalnya penyelundupan, perdagangan narkoba dan senjata
illegal, pencurian ikan, masalah perbatasan, dsb.
Kita memahami Geopolitik sebagai ruang, bahwa
geografi menawarkan unsur ruang hidup kepada politik yang ditentukan oleh
keluasan serta karakter fisiknya. Bumi Indonesia yang ditakdirkan bernatur
maritim, kaya dengan mineral dan minyak bumi, iklim yang tropis, lempeng
tektonik yang menjanjikan hadirnya kekayaan mineral, dsb membuat Indonesia
sangat pantas untuk mendapatkan julukan sebagai zamrut khatulistiwa, faktor ini
juga yang membuat Indonesia melewati sejarah panjang dalam kolonialisme dan
penjajahan. Jika mampu dikelola dengan baik, dengan sentuhan industri yang
cukup, maka indonesia akan menjadi negara industri maju dan modern.
Potensi geopolitik Indonesia berupa ruang dan positioning
inilah yang harus dimaksimalkan dengan strategi survive dan power dalam
mencapai tujuan dan cita-cita bangsa, terwujudnya keamanan dan kenyamanan
bernegara bagi siapapun yang hidup dan tinggal di bumi indonesia, terutama bagi
warga negara.
Sebelum anda mengambil mata kuliah ini anda dapat mempelajarinya terlebih dahulu.
Berikut adalah Materi kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang dapat anda download pada link dibawah ini:
Materi Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
No comments